Asrama Dua Saudara saat baru ditempati oleh UKM. |
Lokasinya tak jauh dari kampus. Hanya
beberapa ratus meter saja ke arah Ujung Berung di sebelah kiri jalan sebelum
masjid fatal dan setelah jalan yang tembus kea rah Jl. Soekarno Hatta. Tempat
itu terdapat pintu gerbang besar bercatkan hitam, dari jalan hanya perlu turun
sedikit dan masuk ke gerbang lalu seperti melewati lorong kumuh dengan
din-dingnya yang penuh lumut karena rembesan air hujan. Setelah itu adalah
pemandangan berderet kamar berwarna kream dengan nuansa seperti rumah susun.
Tempat itu agak kumuh, lantainya
selalu kotor, halaman depan kosan itu selalu dipenuhi parkiran motor dan
sampah. Bila hujan deras datang, air selalu menggenangi halamannya, dan selalu
ada mobil yang terparkir kaku di halaman asrama itu. Hunian itu berupa bangunan
dua lantai yang saling berhadapan. Beberapa UKM seperti Suaka, LPIK, LPB,
Fabbis, Perbama, Kopma, WSC dan para UKM beladiri ada di sana. Sementara UKM
yang lainnya disebar di beberapa asrama lain yang berbeda.
Itu adalah gambaran Asrama Dua
Saudara. Tapi itu dulu, sebelum kami para UKM pindah ke Gedung Student Center
(SC) baru di kampus. Mungkin sekarang lebih bersih dan nyaman. Mungkin juga si
Ibu kosannya tidak lagi cuek pada kondisi kosannya. Ya, selama yang saya
rasakan, ia tak pernah memperhatikan kondisi air tiap kosan. Tak ayal bila
sekre saya (Suaka) kerannya selalu kering kerontang. Berbeda dengan yang
dilantai bawah. Tinggal di sana memang harus sabar, karena kalau ingin kencing
saja harus ijin ke sekre yang lain untuk numpang ke air.
Meski begitu, Asrama Dua Saudara
tetap tak pernah sepi dari aktifitas mahasiswa (Main gitar, ngopi, ngudud,
nongkrong, diskusi). Terutama bagi yang tidak punya kosan.
Saya punya cerita unik tentang Asrama
Dua Saudara. Waktu itu, hujan turun begitu deras. Sekre Suaka pun sempat
kebanjiran karena gentengnya bocor. Bahkan sempat mengungsi ke kosan Pradi di
Manisi sana. Banjir di halaman depan asrama tak terhindarkan. Beberapa motor
dan mobil ikut terendam. Walau pun ketinggiannya hanya 20-30 cm saja. Tapi yang
lucu adalah sekre UKM Lembaga Seni Lukis dan Kaligrafi Islam (LSLKI). Kalau
sekre yang lain kebanjiran dari atap yang bocor, tapi sekre itu malah
kebanjiran dari Septic Tank yang
meluap. Sudah bisa ditebak, si kuning mengapung membanjiri sekre LSLKI dan
menguapkan baunya yang tak sedap.
Banyak kenangan yang terukir di sekre
para UKM itu. Seperti kenangan coretan di dindingnya, hasil karya tangan para
aktifis kampus yang isi hatinya tak sampai ke telinga para birokrat. Dan hanya
sampai di tembok ‘ratapan’ di sekrenya. Itulah Asrama Dua Saudara, tempat di
mana cerita tentangnya tak pernah usai. Tempat di mana curhat dari mahasiswa
yang galau bersemayam di tembok-tembok. Dan juga tempat di mana jalinan kasih
dan jalinan cinta terangkul hangat di antara bau tak sedap.
Sekre Baru
Cerita belum usai. Hari itu, Selasa
(31/12/2013) adalah hari terakhir para penghuni Asrama Dua Saudara untuk hijrah
ke gedung Student Center (SC) yang baru. Itu adalah hari yang ditunggu-tunggu. Semua
UKM sibuk mengepak barang-barang. Para pengurus UKM itu beralih profesi menjadi
kuli angkut barang. Mobil-mobil pengangkut barang seperti kebanjiran rejeki di
akhir tahun, karena banyak yang menyewa untuk jasa angkut barang. Hari itu
kampus disibukan dengan hilir mudik mobil pick up yang mengangkut barang.
Mereka terlihat senang akan hal itu,
karena mereka akan mendapatkan suasana baru dan fasilitas baru yang lebih
nyaman daripada Asrama Dua Saudara. Tapi beberapa UKM ada yang seperti
mengeluh, karena kondisi ‘lapak’ sekrenya tak sesuai dengan yang diharapkan. Seperti
yang Suaka rasakan. Jelas, ruangan 3x3 tak cukup untuk menampung barang-barang
kami yang sebelumnya di Asrama Dua Saudara bisa tiga kamar. Walau begitu, kami
sedikit tertolong dengan kehadiran gudang tempat gardu listrik, yang kemudian
dipakai gudang untuk barang dari LPIK dan Suaka. Yang sekarang dikenal dengan
sebutan Kabag (Kandang Bagong).
Waktu terus berlalu. Para pengurus
UKM masih terlihat santai-santai. Bahkan ada banyak kamar yang diperuntukan HMJ
dan Senat yang terbengkalai kosong. Sampai pada suatu waktu, UKM,UKK,HMJ,Senat
dan Dema mendapat undangan dari Kampus untuk menghadiri acara di Sumedang. Saya
agak sedikit lupa nama acaranya, karena saya tak ikut ke sana waktu itu. Tapi
saya mendengar cerita dari Wisma, salah satu anggota Suaka yang menjadi
delegasi ke sana.
Menurut Wisma, dalam acara itu
membahas mengenai pelatihan jurnal ilmiah mahasiswa sebagai standar lulus S1
nanti. Tapi dalam pertemuan itu, membahas pula tentang aturan jam malam di
Gedung SC. Dalam acara itu, kata Wisma, disepakati aturan bahwa batas
penggunaan Gedung SC sesuai jam kuliah, yakni pukul 17.00 WIB. Jelas itu tak
rasional, karena kuliah saja ada yang baru beres sampai maghrib.
Hingga pada Kamis (16/01/2014) di
Meeting Room, Gedung SC Lantai 1, pihak Dema memfasilitasi pertemuan kembali
antara UKM dan Birokrat yang waktu itu dihadiri oleh Kabag Keuangan dan Kabag
Kemahasiswaan. Dalam pertemuan itu, sebelum kepada acara presentasi UKM baru,
di bahas mengenai transparansi dana dari mahasiswa kepada UKM dan aturan
tentang jam malam.
Ada beberapa hasil yang saya catat
dalam pertemuan itu. Pertama, untuk
dana UKM dan UKK yakni sebesar Rp.
5.700.000,- Kedua, tentang fasilitas yang akan diberikan kampus
kepada organ intra kampus. Mereka menjanjikan akan memberikan printer, lemari,
kursi, hordeng dan meja kepada setiap organ intra kampus. Ketiga, tentang aturan jam malam di
Gedung SC. Pihak rektorat tetap bersikukuh akan aturan itu. Meski dari para pengurus UKM yang hadir waktu itu
banyak menolak dengan tegas. Menurut Pihak kampus, aturan jam malam harus tetap
diberlakukan. Alasannya karena harus membayar gajih lembur satpam nantinya,
listrik yang membengkak dan menganggu lingkungan sosial di masyarakat karena
berisik.
Sampai sekarang, masih belum ada
kejelasan mengenai aturan itu. Menurut pihak kampus, aturan itu masih akan di
godog dan ada selentingan kalau jam malam akan tetap diberlakukan tapi sampai
pukul 21.00 WIB.
Pada intinya, di dunia ini tiada yang
sempurna. Meski suasana baru, tak menjamin kenyamanan yang penuh. Justru ketika
sekre ada di kampus. Kita merasa sedikit agak kurang bebas ‘beraksi’ karena
aturan jam malam. Begitupun di Asrama Dua Saudara, kita memang bebas ‘beraksi’
tapi agak sedikit dibatasi oleh kondisi.
Sekian
Semoga bermanfaat.
2 comments:
Semoga sekre baru jadi semangat baru dalam berkarya mang! eh anyar euy tampilanna jadi more beautiful than before :*
ente ge calon penghuni sekre Suaka mereun..haha
hayu ah urang tarikeun ngablog na...
Post a Comment