Saturday, November 24, 2018

Guru di Era Milenial

Menarik membaca salah satu tulisan opini di Harian Kompas edisi Sabtu 8 September 2018, dengan judul Guru di Era Milenial. Tema yang diangkat dalam opini tersebut sangat sederhana tapi punya value proximity di tengah masih lesunya pendidikan kita hari ini.

Tulisan Roberto Bala, seorang guru di SMP Tunas Indonesia, Bintaro Jakarta ini memaparkan bagaimana guru era sekarang harus melek terhadap teknologi bahkan memanfaatkan medium tersebut untuk proses pendidikan/pengajaran kepada siswa.
Di awal tulisan ia menjelaskan soal perbedaan generasi dewasa ini. Dalam literatur yang dikemukakan Karl Mannheim, bahwa karakter generas sekarang dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu generasi X, Y, dan Z. Masing-masing generasi punya pola pemikiran, perilaku dan kecenderungan berbeda dalam memahami atau menerima suatu hal.
“Guru pada era milenial perlu menyadari, generasi Z sangat ‘melekat’ dengan komputer dan internet. Sebagian besar waktunya dilewatkan dengan memainkan jemari di atas layar sentuh,” tulis Bala.
Oleh karena itu, kenyataan ini mesti menjadi acuan bagi guru untuk melek teknologi. Alih-alih menyalahkan teknologi, guru sebaiknya mampu menerjemahkan kemajuan teknologi secara tepat dan proporsional bagi proses pembelajaran.
“Dalam kenyataan teknologi kerap jadi beban bagi tidak sedikit guru. Mereka masih meneruskan tradisi dari dulu dengan mempertahankan monolog. Kelas dikuasai guru. Siswa diperlakukan bak papan kosong (tabula rasa), tempat semua ilmu pengetahuan ditulis,” katanya lagi.
Guru sekarang juga diharapkan mampu mengakomodasi kecerdasan majemuk. Ia hadir memberi inspirasi agar siswa dapat mengembangkan potensinya, tugas yang diberikan kepada siswa tidak “dipukul rata”, tetapi diberikan sesuai minat siswa. Ini bisa memberi kesempatan bagi siswa mempelajari yang disukai, tetapi juga jadi bekal awal pemupukan minat sejak dini.
Sekadar berbagi pengalaman, dulu ketika masih sekolah pendidikan terhadap minat dan bakat memang masih kurang. Bahkan saya sendiri tidak tahu apa spesialisasi saya ketika itu. Sadar-sadar, saya menyadari potensi saya ketika kuliah. Tapi mungkin beda dulu dengan sekarang, semoga saja sudah ada perbaikan mengenai hal tersebut.
Bagi saya, kebetulan dalam rangka memperingati hari Aksara Tahun 2018, literasi sudah harus bergeser bukan hanya melek membaca, menulis semata. Tapi juga literasi terhadap perkembangan teknologi komunikasi sekarang. Bagaimana siswa bijak dalam memanfaatkan media sosial, internet dan teknologi lainnya.
Sekian semoga bermanfaat.
*Ditulis September 2018, saat sedang service motor di bengkel

No comments: