“Demi waktu.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman, dan beramal soleh, dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”
(Q.S Al-’asr)
Setiap orang memiliki waktu yang sama, yaitu 24 jam. Tapi
tidak setiap orang pandai memanfaatkan waktu yang sama itu. Artinya, ada orang
yang bisa menggunaan waktu yang singkat itu untuk kegiatan bermanfaat, ada pula
yang sebaliknya. Seperti kutipan ayat di atas, kita (manusia) benar-benar dalam
kerugian jika tak pandai menggunakan waktu untuk hal-hal positif (kebaikan).
Apakah kalian sering bertanya pada diri sendiri atau kagum
pada orang-orang yang sukses? Jangan jauh-jauh, kita ambil contoh orang-orang
di sekeliling kita. Misalnya ada yang sejak muda sukses berkarier, mendapat
beasiswa pendidikan, jadi interpreuneur muda, berprestasi dan banyak lagi. Mengapa
mereka bisa seperti itu tetapi kita belum? Pertanyaan itu juga berlaku untuk
saya sebenarnya, dan memang harus sering dimunculkan, bisa ditulis di dinding
kamar? Di gadget, atau tempat lain. Tujuannya untuk memotivasi diri sendiri.
Seperti halnya tulisan ini. Saya sebenarnya sengaja menulis
tulisan dengan tema memanfaatkan waktu bukan untuk sosoan menceramahi,
karena jujur saya juga termasuk orang yang tak pandai memanfaatkan waktu.
Intinya adalah untuk berbagi, seperti pepatah seorang ulama Islam, bahwa manusia
memang harus selalu diberi nasehat, karena manusia seringkali lupa.
Tulisan ini juga sebenarnya terinspirasi dari materi khutbah
yang disampaikan oleh khotib pada salat Jumat (22/4) lalu. Saya yang biasanya,
eh kadang-kadang maksudnya, tidur saat cermah khotib, kala itu begitu antusias
dengan materi yang disampaikannya. Inilah mungkin yang dinamakan mendapat hidayah.
Alhamdulilah…
Jadi pada Jumat itu, khotib menyampaikan materi tentang memperbaiki
salat. Salah satu poinnya yaitu memperbaiki waktu pelaksanaan salat. Banyak di
antara kita sering kali salat tidak di awal waktu, berleha-leha pada salat. “Fawailul
lismusollin, alladziina hum ansolaatihim saahuun,” ucap sang khotib
menyampaikan Surat Al-Ma’un :5-6. Ayat tersebut memiliki arti, “Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
salatnya.”
Lalai di sana maksudnya adalah salat yang sering
dinanti-nanti, hingga akhirnya salah di akhir waktu.
Maka, kata khotib, setiap
kali kita lalai dalam salat akan ada konsekuensi (sanksi) yang bakal dihadapi. Khotib
mengibaratkan seperti ini, ada seorang guru mengatakan kepada murid kelasnya
bahwa besok harus datang ke sekolah pukul 07.00 pagi, dan mengikuti kegiatan
belajar sampai pukul 13.00. Berarti waktu sekolah adalah dari pukul
07.00-13.00. Lalu ada seorang murid yang datang pukul 09.00. Lantas murid itu
pun tentu ditegur oleh gurunya karena tak mengikuti aturan guru, tapi murid itu
berdalih, bukankah pukul 09.00 masih termasuk waktu sekolah? Ya jawabannya
murid itu memang benar, tapi salah. Kesalahannya yaitu terdapat pada tidak
disiplin dalam waktu.
Salat pun demikian. Allah telah menyuruh kepada kita untuk
salat pada waktu yang telah ditentukan. Berarti kalau waktunya salat ya salat.
Meskipun waktu salat dzuhur dari pukul 12.00-15.00, bukan berarti kita bisa seenaknya
salat kapan saja selama rentang waktu itu. Kira-kira begitulah materi khutbah
yang disampaikan khotib.
Gimana, udah kaya Jujun belum nih. Hehe..
Lantas apa korelasinya dengan memanfaatkan waktu?
Hubungannya yaitu terdapat pada kedisiplinan dalam waktu. Islam sendiri mengajarkan
kepada kita untuk selalu disiplin waktu. Segala sesuatu ada waktunya. Kapan
puasa, salat, zakat, naik haji, dzikir yang baik, dan banyak lagi. Kalau
kamu kapan nikah? *eh.
Konsep disiplin waktu itu pula yang mestinya diterapkan oleh
kita dalam berkegiatan sehari-hari. Maksudnya kita harus punya rencana-rencana
kegiatan apa saja yang akan digunakan dalam 24 jam. Agar kita bisa
memaksimalkan waktu itu, dan agar tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.
Banyak hal bisa dilakukan oleh kita dalam memanfaatkan waktu
luang. Saya sendiri, dalam memanfaatkan waktu itu digunakan untuk membaca dan
menulis. Jadi kalau ada waktu luang, saya berusaha untuk membaca, apalagi saat
ini kita sudah dimudahkan dengan kehadiran smartphone. Menulis tidak usah
ribet-ribet menggunakan laptop, lewat gawai pun bisa. Asik.
Apalagi kalau semester akhir seperti saya, waktu luangnya
banyak sekali. Mengerjakan skripsi ya tidak setiap hari juga digeder. Saya
sendiri lebih santai dalam mengerjakan skripsi, maksudnya bukan berleha-leha,
tapi lebih ke ngeureuyeuh kalau dalam bahasa Sundanya, yang penting
beres sesuai target. Karena otak pun akan jenuh atuh. Makanya sesekali
kita selingi dengan hal-hal postif lain selain skripsi. Misalnya nongkrong/kumpul
(silaturahim) atau hangout sama kolega. Mumpung masih mahasiswa, masih
single lagi, kalau sudah kerja dan nikah bakalan susah biasanya ketemu kawan
lama. Tapi nongkrong juga jangan asal ngopi, coba selingi nongkrong dengan
diskusi, tentang apa saja.
Belajar robotik dan bahasa pemrograman komputer di sekre Orda Karmapack, Minggu (24/4). |
Jalan-jalan sama kolega dan daun ngora ke dataran tinggi yang terkenal di Bandung. :) |
Ya intinya adalah mari kita manfaatkan waktu 24 jam ini dengan hal-hal yang produktif! Menghasilkan karya. Biar hidup kita punya prestice yang lebih, maka berkaryalah, maka produktiflah. Jangan sampai waktu kita digunakan untuk hal-hal yang kurang baik. Apalagi kalau kerjaannya tidur, bangun, ngopi, makan, nonton film, tidur lagi, begitu terus. Kalian yang baca tulisan ini bukan termasuk orang macam itu kan?