Tuesday, March 17, 2015

Musik dan Gerakan Peduli Lingkungan

Saung Angklung Ujo (bandungparadise.com)

Selain sebagai media ekspresi jiwa, musik juga bisa menjadi saluran untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Sehingga lirik-liriknya pun sarat akan makna.  Bukan hanya soal bunyi suara belaka, tetapi gambaran dari realitas sosial yang ada. 

Masih ingat dalam benak Depi Pramana, 20 tahun, saat Gunung Sinabung meletus di awal Januari lalu, penggalang lirik lagu ini yang menghiasi mayoritas siaran televisi. Lirik itu berbunyi; Anak menjerit-jerit/Asap panas membakar/Lahar dan badai menyapu bersih/ini bukan hukuman/Hanya satu isyarat/Bahwa kita mesti banyak berbenah.

Ada yang tahu lagu siapa itu? Ya, itulah penggalan lagu Untuk Kita Renungkan karya Ebiet G Ade. Biasanya sering diputar di televisi ketika menampilkan kejadian bencana alam longsor, gunung meletus, tsunami, atau  banjir. Lagu tersebut ditulis Ebiet sekitar tahun 1998-an. Bila ditelaah, banyak pesan moral yang ada dalam setiap liriknya. Ebiet sendiri pernah bercerita bahwa lagu tersebut ia tulis dan nyanyikan sebagai renungan atas kerusakan alam dan bencana alam yang sering terjadi di sekitar kita.

Hal itu juga yang dirasakan Depi. Ia merasakan bagaimana perpaduan antara musik dan lirik dalam lagu tersebut membuat sisi humanisnya meletup-letup. Ia begitu terharu melihat amukan awan panas yang menghantam rumah-rumah warga di sekitar Sinabung. “Saya khawatir ketika gunug meletus dan menimpa rumah warga, mereka tidak punya tempat tinggal lagi. Terus cadangan makanan dari korban juga kurang,” ujar pria jurusan Sosiologi itu.

Lagu Untuk Kita Renungkan juga banyak menginspirasikan musisi lainnya dan masyarakat yang mendengarkan, karena lagu tersebut memiliki pesan dan makna yang cukup dalam. Sehingga pendengar tersentuh dengan liriknya yang mengajak bangsa Indonesia untuk merenungkan diri, membersihkan diri dan sadar diri terhadap fenomena alam yang sedang bergejolak.

Tidak hanya Ebiet, banyak pula musisi lain yang lirik-lirik lagunya banyak berbicara tentang alam. Misalnya Iwan Abdulrachman atau biasa disebut Abah Iwan. Musisi berkepala pelontos yang punya hobi naik gunung ini telah lama eksis di panggung hiburan. Selain aktif menjadi musisi, ia juga aktif di kegiatan peduli lingkungan dengan menjadi anggota Wanadri.

Karena kepeduliannya terhadap lingkungan, Abah Iwan banyak menulis serangkaian lagu yang digubahnya di alam bebas  atau di tengah hutan yang tenang dan di gunung-gunung yang sepi. Seperti lagu Balada Seorang Kelana, yang ia tulis di gunung Burangrang (1964), Bulan Merah ditulis di hutan Banten Kidul (1968), Mawar Yang Terbiru, ditulis di gunung Tangkuban Perahu (1970) & lagu, Seribu Mil Lebih Sedepa ditulis di atas perahu disebuah danau di tengah-tengah hutan yang sangat sunyi di pedalaman Kalimantan Tengah (1979).

Selain itu ada lagi musisi yang sangat populer namanya, yakni Iwan Fals. Ia sudah tidak diragukan lagi soal kepeduliannya terhadap lingkungan.

Bagi Adew Habtsa, salah satu musisi Kota Bandung, menganggap bahwa musik itu mempunyai makna yang dalam. Musik ibarat sebuah ruh spiritualitas bagi manusia. Yang menggambarkan manusia itu ada, dengan musik kita bisa melihat sejauh mana kita menjadi manusia seutuhnya.

“Musik itu sangat lekat seperti udara, dekat dengan kehidupan seperti air, seperti matahari. Sangat akrab dan penting. Sepertinya jika hidup tanpa musik itu gak asik,” tuturnya.

Menurut pria yang populer dengan lagu Egaliter itu, musik tidak bisa begitu saja terlepas dari hal lingkungan. Terutama pada lirik-liriknya. Sebab musik yang berbicara dengan lingkungan ada karena musik juga bagian dari lingkungan.

“Jadi kalau ada music yang tidak membicarakan lingkungan, berarti ia telah menghianati kemanusiaan dan menghianati lingkungannya,” ujarnya Kang Adew, sapaan akrabnya.

Tokoh musisi seperti Abah Iwan, bisa dibilang tidak bisa jauh-jauh soal alam dan lingkungan. Karena, menurut Kang Adew, sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan, memiliki peran yang signifikan dalam upaya melakukan penyadaran bagaimana pentingnya lingkungan.

“Musiklah menjadi salah satu aspek atau media yang ampuh untuk menyampaikan kegelisahan terhadap lingkungan. Apakah nantinya ada perubahan, toh kita hanya menyampaikannya, mengingatkan,” kata Kang Adew yang juga aktif di Asian Afrika Reading Club, Pernah di Forum Lingkar Pena, dan Majelis Sastra Bandung itu.

Itulah musik, diartikan sebagai suatu ungkapan yang berasal dari perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian atau suara. Musik merupakan hasil karya manusia yang menarik karena musik memegang sebuah peranan yang sangat banyak diberbagai bidang.

Salah satu hal terpenting dalam sebuah musik adalah lirik lagunya, karena lirik lagu dalam musik dapat menjadi media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial di masyarakat. Lirik lagu dapat pula sebagai sarana untuk sosialisasi karena mengandung informasi atau pesan, dan dapat pula sebagai pelestarian terhadap lingkungan.

Adi Permana

No comments: