Berawal dari kejenuhan sewaktu menjadi santri di pondok pesantren, Selpan memutuskan untuk mengisi waktu luang dengan membuat arsip tugas-tugas pribadi. Waktu itu, lelaki bernama lengkap Muhamad Selpan Muharam Shidiq merasa bosan dengan rutinitas satri yang itu-itu saja.
“Kan waktu SMA saya mesantren, gak bisa main keluar, hanya di kobong-kelas, kobong-kelas, karena itu ah mending diem di kelas, ketik-ketika apa, pertama bikin diari,” tutur Selpan.
Kebiasaan mengarship yang ia lakukan memang berbeda dengan mahasiswa lainnya, terutama untuk Selpan yang notabene seorang laki-laki. Selpan sendiri merasakan banyak manfaat dari hobi tersebut. Ia bercerita kalau dirinya selalu orang pertama yang selesai untuk urusan tugas kuliah.
“Waktu semester satu kan disuruh bikin autobiografi, karena sejak SMA sudah jadi, saya gak bingung lagi nyari inspirasi buat nulis,” kata mahasiswa jurusan Sosiologi semester 3 itu.
Saat ini Selpan sudah banyak membundel macam-macam tugas mata kuliah selama dari semester satu sampai tiga. Untuk urusan keuangan pribadi pun Selpan rajin untuk mengarsip.
“Iya pokoknya tiap beli selalu pakai bon. ” tambahnya saat ditemui di Kantin UIN Mart beberapa waktu yang lalu. Ia juga berkata, jika hendak membeli sesuatu harus di warung yang jadi langganan. Soalnya sistem pembayaran Selpan berbeda, ia membayar setiap pembelian apapun perminggu, bukan saat transaksi jual beli.
Di mata temannya, Selpan memang orang unik. Tapi terkadang selalu kasihan melihatnya kerena suka dimanfaatkan temannya untuk mengerjakan tugas. “Iya kasihan, banyak temen-temennya yang manfaatin dia buat nyontek tugas,” kata Anjar Martiana, teman Selpan.
Ketika di semester dua, Selpan ditunjuk oleh teman-teman kelas sebagai seksi Jarkom. Selpan pun tak menolak. Diakhir masa jabatan, Selpan seolah tak bisa lepas dari pengarsipan. Ia pun membuat laporan pertanggungjawaban selama menjabat sebagai seksi jarkom
“Pengeluaran per-semester selama di Bandung, satu rupiah pun saya tulis, dipakai apa aja, harus ada laporan ke orangtua,” ujarnya sambil memamerkan tiga buah buku tebal hasil pengharsipannya.
Ia juga kerap kali mendapat bully-an dari temannya yang menganggap apa yang dilakukan Selpan tidak berguna. “Apa sih kaya gitu gak penting, ngarsip abis duit 400 ribu,” katanya menirukan gaya bicara temannya. Tapi ia jawab dengan tegas. ”Gak papa abis duit juga, yang penting nabung untuk ilmu,” jawab Selpan kepada temannya. Hingga sekarang sudah ada sekitar 29-28 arsip telah Selpan buat.
Disiplin Adalah Hal Utama dalam Hidup
Didikan orangtua telah membentuk karakter Selpan untuk selalu disiplin. Tidak hanya untuk urusan pengarsipan, soal waktu pun ia tetap disiplin. “Saya setiap berangkat dari kosan, 15-20 menit sebelum masuk sudah ada di kelas,” tuturnya dengan nada semangat.
Bagi Selpan, disiplin harus dimulai dari hal-hal yang terkecil. Ia juga mengomentari fenomena mahasiswa sekarang. Menurutnya mahasiswa harus tahu siapa dirinya sebenarnya, jangan dulu mengurusi orang lain. “Urus saja dulu diri sendiri, baru oranglain,” tegas anak pertama dari dua saudara itu.
Ia termasuk orang yang pandai memanfaatkan waktu. Selpan memilih untuk tidak akatif di organisasi apapun, ia lebih memilih fokus pada kuliahnya. “Pernahkan waktu itu jadi seksi Jarkom di kelas, tapi nilai saya jadi turun. Makanya saya memutuskan untuk tidak menjabat lagi di kelas,” tambahnya.
Setelah aktivitas kuliah, Selpan selalu kembali ke kosannya di depan kampus UIN SGD Bandung. Ia tergolong mahasiswa yang tidak suka nongkrong. “Kalau abis kuliah saya suka langsung balik ke kosan, semester sekarang aja saya baru dua kali nongkrong sama anak-anak kelas,” tutur lelaki asal Cianjur itu.
Sementara bagi Anjar Martiana, sosok selpan memiliki karakter yang khas, yang tidak dimiliki oleh orang lain. Meskipun dengan keterbatasan fisik berupa gangguan saraf di tubuh sebelah kanannya, tapi ia tetap rajin untuk mengarship hal kecil terutama besar.
“Selpan itu orangnya baik, dia teguh pendirian dengan apa yang dilakukannya. Konsisten juga, punya semangat yang tinggi. Gak mikirin apa kata orang. Mau dia cowo atau apa pun, dia gak peduli,” tutur Anjar.
Anjar juga menganggap Selpan sebagai orang yang diluar mahasiswa lain. “Menurut aku sih gak masalah juga cowo kaya gitu, berarti dia tidak tergerus jaman dan punya jalannya sendiri,” pungkasnya.
Sosok seperti Selpan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, tentang pentingnya manajemen pengarsipan. Ia juga bisa menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya disiplin. Semoga kita terilhami.
Adi Permana
No comments:
Post a Comment