Aku ingin menulis ini sebagai sebuah
pengingat dan pengobat kerinduan karena sudah lama tak bermain dengan kata-kata.
[Senin, 17 juni 2013]
Kala itu
matahari masih malu-malu untuk keluar dari peraduannya. Aku bangun kesiangan
pagi itu. Tapi sempat bangun di waktu subuh untuk sembahyang. Tapi tidur lagi.
Hingga hasilnya kesiangan. Langsung meraih Handphone yang aku simpan di depan
kepala. Aku mainkan, lalu ada sebuah pesan masuk dari Ayu. Rasa khawatir mulai
menghantui pikiran. Khawatir terjadi suatu hal. Dan ya! Rasa itu benar adanya.
Tiba-tiba rencana pendakian Gunung Gede Pangrango untuk mengisi hari libur
dibatalkan. Rencananya memang aku, Ayu, dan Ridwan akan mendaki Gunung Gede
Pangrango pada tanggal 24 Juni 2013 bersama teman-teman si Ayu (anak Unpas). Tapi
membaca sms itu, harapan untuk
menaklukan gunung itu sirna. Tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan.
Aku masih
ingat, walau smsnya sudah terhapus. Alasan dibatalkannya pendakian kami yakni
pertama, di tanggal itu Ayu akan melaksanakan UAS dan tidak bias di undur. Kedua,
seminggu sebelum pendakian kami harus segera menyerahkan KTP ke pihak Taman
Nasionla Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sebagai syarat pendakian.Tapi hal itu sulit,
mengingat jarak ke tempat TNGGP jauh dan kami sekarang sedang berpencar. Aku di
Cianjur, di kampung halaman. Ayu masih di Tamansari Bandung dan Ridwan sedang
di Bogor mengikuti kegiatan study tour ke IPB.
Apa mau
dikata. Perjalanan besar yang sudah kami impikan sedari SMA dulu harus berhenti
begitu saja. Padahal itu cita-cita besar kami. Ini pula menjadi sebuah
pelajaran berharga. Kami kurang informasi untuk pendakian ke Gunung Gede
Pangrango. Ternyata seketat itu. Aku sendiri sudah persiapan begitu matang
beberapa minggu sebelum pendakian, mulai dari perlengkapan sampai logistik. Ya!
Pada hakikatnya manusia hanya bias berencana, Tuhan yang menentukan.
Oh Gunung Gede Pangrango, aku akan selalu merindu untuk mendakimu. |
[Selasa, 18 Juni 2013]
Di malam
hari setelah aku mendengar kabar dibatalkannya pendakian, aku tidak sengaja
melihat sebuah catatan di blog. Nama blognya Perempuan Indonesia, dalam
deskripsi peribadinya ia mengaku sebagai seorang perempuan yang selalu membawa
bendera merah putih. Seorang sarjana muda Universitas Widyatama, dan sedang
melakukan perjalanan Sang Saka. Entahlah yang jelas aku baca demikian katanya. Alamat
blognya yaitu (premous.blogspot.com).
Aku membaca
catatannya yang berjudul “Danau Ciharus:
Ranu Kumbolo Versi Bandung Selatan”. Aku penasaran. Aku klik, dan itu
ternyata danau yang ada di daerah Kamojang, Majalaya. Cukup dekat aku pikir untuk
mencoba mengunjungi danau itu juga. Kebetulan pula aku punya seorang teman di
daerah Majalaya. Aku hubungi nomor Hand
Phone-nya, lalu aku jelaskan rencana berkunjung ke Danau itu, dan ia sambil
semangat mengiyakan rencana itu. Aku mengajak seorang teman lagi yang kebetulan
punya Camera DSLR. Tau sendiri maksudku kenapa mengajaknya. Tapi itu baru
sebatas rencana yang akan kami lakukan di akhir Juni ini. Sebagai perpisahan pula
pada juni yang indah. Sebuah rencana yang seratus delapan puluh derajat berbeda
dari yang aku pikirkan sebelumnya. Ahh sudahlahhh..
..:: Rencana penaklukan gunung
tertinggi kedua di Jawa Barat mungkin belum saatnya. Juga bukan aku seorang angkuh
yang ingin menaklukan alam ini, tapi aku hanya ingin merasakan kebesaran-Mu ::..
No comments:
Post a Comment