Saturday, February 2, 2013

Sesudah Kesulitan Akan Ada kemudahan


“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah : 5-6)

Dalam tulisan ini aku ingin bercerita tentang pembuktian kebenaran potongan ayat di atas. Hari itu adalah hari kedua terakhir pembayaran registrasi ke kampus, tepatnya hari kamis (10/1/2013). Sementara orangtuaku belum ada uang untuk membayarnya. Kemungkinan besarnya bila  aku tidak
mampu membayar bisa saja di Drop Out dari kampus, atau aku cuti kuliah. walaupun mungkin tidak begitu juga. Entahlah, kebijakan apa nantinya yang akan diberikan kepadaku.

Besar biaya registrasi di jurusanku yakni Rp. 600.000,- untuk SPP dan Rp. 400.000,- untuk praktek. Total semuanya adalah Rp. 1.000.000,-. Rata-rata memang segitu biaya registrasi semua jurusan meskipun di jurusan laiin ada perbedaan sedikit.

Mungkin menurut mereka –yang notabene orangtuanya mampu--  biaya sebesar itu tergolong murah. Tapi tidak bagiku. Bagiku biaya itu tetaplah mahal. Pasalnya aku dilahirkan dalam keluarga sederhana, dengan kondisi ekonomi yang sederhana pula. Ibuku hanya pedagang gorengan kecil-kecilan, sementara ayahku tidak bekerja. Mencari uang sebesar itu seperti mencari emas oleh para pendulang, dibutuhkan kerja keras dan harus banting tulang.

Memang bila dibanding kampus negeri lain yang berada di daerah Bandung, kampusku terbilang paling murah (untuk saat ini ). Ambil contoh UPI, menurut info yang ku ketahui biaya per semesternya Rp. 4.000.000,- empat kali lipat dari kampusku. Sungguh beruntung Allah menggariskanku untuk kuliah disini, kalau aku kuliah di UPI bisa-bisa rumahku hijrah ketangan orang lain. Jangan sampai itu terjadi.

Perasaan bingung mulai menghantuiku waktu itu, dari mana aku mendapatkan uang satu juta. Sementara aku melihat isi dompet hanya ada seratus ribu. Itupun buat bekalku nanti di Bandung. Seketika aku langsung menginformasikan kepada kakak-kakakku melalui pesan singkat. Isinya berupa permohonan bantuan dana untuk registrasi (seperti proposal saja), ya mereka memang ikut membiayai kuliahku juga, sederhananya bisa disebut dengan “patungan” antara orangtua dan kaka-kakakku.

Pertama aku kirim sms permohonan bantuan dana itu ke kakak perempuanku yang ada di Bandung tepatnya di Cimahi. Dia sudah bekerja sebagai honorer di sebuah Sekolah Dasar disana, dan sekarang sedang hamil dan menginjak tujuh bulan. Aku pesimis waktu itu, pasalnya kakakku itu baru saja melaksanakan syukuran kehamil tujuh bulannya kata orang sunda tujuh bulanan. Dugaanku benar adanya, balasan smsnya kurang lebih sama seperti yang ku jelaskan tadi, uangnya habis dipakai buat acara sukuran tujuh bulan kehamilannya.

Harapanku terakhir adalah Kakak laki-lakiku. Dia sedang ada di Bali dan bekerja di Bank swasta di sana. Sudah menikah dan sekitar lima bulan yang lalu baru saja mendapatkan momongan. Dia sudah janji akan membantu biaya registrasikku, sekarang aku akan menagih janji itu. Aku juga masih sedikit khawatir kakakku tidak punya uang, walaupun dia bekerja di Bank tapi baru pegawai sementara dan baru saja mendapat momongan. Perasaan khawatir tidak cukup sampai disitu, pasalnya, buah hatinya itu baru saja dilahirkan secara Caesar, tentunya banyak biaya yang dihabiskan. Sebab katanya bayinya harus secara rutin di cek ke rumah sakit.

Tapi Allah membukakan pintu rezekinya untukku. Alhamdulilah aku bersyukur, terima kasih ya Allah ternyata kakak laki-lakiku baru saja kedatangan rombongan Tour dan dia menjadi guidenya. Jadi dia bisa membantu manambal biaya registrasiku. Rp. 700.000,- tidak tanggung-tanggung dia gelontorkan, ditambah uang di dompetku sehingga aku mempunyai uang Rp. 800.000,- sekarang. Masih kurang dua ratus ribu untuk sampi sejuta. Pintu rezeki itu belum tertutup, masih terbuka lebar untukku karena hari ini adalah hari pasar mingguan di kampungku. Tentunya lebih ramai dari biasanya. Jadi ibuku pun dagangannya lumayan laris sehingga kekurangan itupun bisa terpenuhi. Alhamdulilah aku kembali bersyukur.

Akhirnya lengkap sudah biaya untuk membayar registrasiku. Aku segera bergegas pergi ke ATM BRI untuk mengambil uang yang sudah di transfer kakakku. Lalu masuk ke kantornya dan membayar total semua biaya registrasiku. Terima kasih ya Allah atas semua rezeki yang telah Engkau berikan padaku.

Satu pesan yang ingin ku sampaikan dari cerita tersebut yakni, Allah tidak akan pernah ingkar pada janjinya. Pada janji dari firman-firman-Nya. Seperti potongan ayat-ayat di awal dengan tegasnya bahkan dua kali dikatakan. “Sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

*****

No comments: