“ Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS Al-Insyirah : 5-6)
Dalam tulisan ini aku ingin bercerita tentang pembuktian kebenaran
potongan ayat di atas. Hari itu adalah hari kedua terakhir pembayaran
registrasi ke kampus, tepatnya hari kamis (10/1/2013). Sementara orangtuaku
belum ada uang untuk membayarnya. Kemungkinan besarnya bila aku tidak
mampu membayar bisa saja di Drop Out
dari kampus, atau aku cuti kuliah. walaupun mungkin tidak begitu juga. Entahlah,
kebijakan apa nantinya yang akan diberikan kepadaku.
Besar biaya registrasi di jurusanku yakni Rp. 600.000,-
untuk SPP dan Rp. 400.000,- untuk praktek. Total semuanya adalah Rp. 1.000.000,-.
Rata-rata memang segitu biaya registrasi semua jurusan meskipun di jurusan laiin
ada perbedaan sedikit.
Mungkin menurut mereka –yang notabene orangtuanya
mampu-- biaya sebesar itu tergolong
murah. Tapi tidak bagiku. Bagiku biaya itu tetaplah mahal. Pasalnya aku
dilahirkan dalam keluarga sederhana, dengan kondisi ekonomi yang sederhana
pula. Ibuku hanya pedagang gorengan kecil-kecilan, sementara ayahku tidak
bekerja. Mencari uang sebesar itu seperti mencari emas oleh para pendulang, dibutuhkan
kerja keras dan harus banting tulang.
Memang bila dibanding kampus negeri lain yang berada di
daerah Bandung, kampusku terbilang paling murah (untuk saat ini ). Ambil contoh
UPI, menurut info yang ku ketahui biaya per semesternya Rp. 4.000.000,- empat
kali lipat dari kampusku. Sungguh beruntung Allah menggariskanku untuk kuliah
disini, kalau aku kuliah di UPI bisa-bisa rumahku hijrah ketangan orang lain. Jangan
sampai itu terjadi.
Perasaan bingung mulai menghantuiku waktu itu, dari mana aku
mendapatkan uang satu juta. Sementara aku melihat isi dompet hanya ada seratus
ribu. Itupun buat bekalku nanti di Bandung. Seketika aku langsung
menginformasikan kepada kakak-kakakku melalui pesan singkat. Isinya berupa
permohonan bantuan dana untuk registrasi (seperti proposal saja), ya mereka
memang ikut membiayai kuliahku juga, sederhananya bisa disebut dengan “patungan” antara orangtua dan
kaka-kakakku.
Pertama aku kirim sms permohonan bantuan dana itu ke kakak
perempuanku yang ada di Bandung tepatnya di Cimahi. Dia sudah bekerja sebagai honorer
di sebuah Sekolah Dasar disana, dan sekarang sedang hamil dan menginjak tujuh
bulan. Aku pesimis waktu itu, pasalnya kakakku itu baru saja melaksanakan syukuran
kehamil tujuh bulannya kata orang sunda tujuh
bulanan. Dugaanku benar adanya, balasan smsnya kurang lebih sama seperti
yang ku jelaskan tadi, uangnya habis dipakai buat acara sukuran tujuh bulan
kehamilannya.
Harapanku terakhir adalah Kakak laki-lakiku. Dia sedang ada
di Bali dan bekerja di Bank swasta di sana. Sudah menikah dan sekitar lima
bulan yang lalu baru saja mendapatkan momongan. Dia sudah janji akan membantu
biaya registrasikku, sekarang aku akan menagih janji itu. Aku juga masih sedikit
khawatir kakakku tidak punya uang, walaupun dia bekerja di Bank tapi baru
pegawai sementara dan baru saja mendapat momongan. Perasaan khawatir tidak
cukup sampai disitu, pasalnya, buah hatinya itu baru saja dilahirkan secara Caesar, tentunya banyak biaya yang
dihabiskan. Sebab katanya bayinya harus secara rutin di cek ke rumah sakit.
Tapi Allah membukakan pintu rezekinya untukku. Alhamdulilah
aku bersyukur, terima kasih ya Allah ternyata kakak laki-lakiku baru saja
kedatangan rombongan Tour dan dia menjadi guidenya. Jadi dia bisa membantu manambal
biaya registrasiku. Rp. 700.000,- tidak tanggung-tanggung dia gelontorkan,
ditambah uang di dompetku sehingga aku mempunyai uang Rp. 800.000,- sekarang. Masih
kurang dua ratus ribu untuk sampi sejuta. Pintu rezeki itu belum tertutup,
masih terbuka lebar untukku karena hari ini adalah hari pasar mingguan di
kampungku. Tentunya lebih ramai dari biasanya. Jadi ibuku pun dagangannya
lumayan laris sehingga kekurangan itupun bisa terpenuhi. Alhamdulilah aku
kembali bersyukur.
Akhirnya lengkap sudah biaya untuk membayar registrasiku. Aku
segera bergegas pergi ke ATM BRI untuk mengambil uang yang sudah di transfer kakakku.
Lalu masuk ke kantornya dan membayar total semua biaya registrasiku. Terima kasih
ya Allah atas semua rezeki yang telah Engkau berikan padaku.
Satu pesan yang ingin ku sampaikan dari cerita tersebut
yakni, Allah tidak akan pernah ingkar pada janjinya. Pada janji dari
firman-firman-Nya. Seperti potongan ayat-ayat di awal dengan tegasnya bahkan
dua kali dikatakan. “Sesudah kesulitan
itu ada kemudahan.”
*****
No comments:
Post a Comment