Padahal mereka tidak
disuruh kecuali hanya untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam menjalankan Agama (QS Al-Bayyinah [98]: 5).
Amal itu bagaikan sebuah boneka yang tidak bernyawa. Adapaun
nyawa sebuah amal adalah keikhlasan. Sekalipun kita bersedekah emas sebanyak
satu Ton, tetapi jika tanpa disertai keikhlasan, kita tidak akan mendapatkan
pahalanya di akhirat kelak.Adapun yang dimaksud dengan keikhlasan
adalah beramal hanya karena Allah. Ibadah bukan karena ingin mendapatkan ketenangan dunia, melainkan ibadah karena Allah dan mencari keridhaan-Nya.
adalah beramal hanya karena Allah. Ibadah bukan karena ingin mendapatkan ketenangan dunia, melainkan ibadah karena Allah dan mencari keridhaan-Nya.
Ikhlas harus dilakukan dalam dua perkara, yaitu melakukan
suatu amal, baik yang sifatnya wajib maupun yang sifatnya sunnah menurut Allah,
dan menjauhi kemaksiatan.
Adapun orang yang ikhlas ketika beribadah ada empat
kelompok:
- 1. Ikhlas Mubtadi’in, yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan untuk melenyapkan kesulitan dan kebingungan . ia sudi melakukan shalat tahajud dan bersedekah, karena ingin dagangannya meraup keuntungan, alias tidak merugi. Ciri-ciri orang yang memiliki sifat ikhlas seperti ini bisa terlihat dari cara ibadahnya. Biasanya, orang yang hanya beribadah ketika orang tersebut sedang butuh, ia tidak akan istiqamah. Ia sudi beribadah ketika memiliki kebutuhan. Akan tetapi, ibadahnya pun akan berhenti.
- 2. Ikhlas abidin, yakni orang yang beramal karena Allah dan hatinya bersih dari riya serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaab akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksa api neraka.
Ibadah seorang abidin ini cenderung
berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan
segera dan mana yang bisa diakhirkan, serta mana yang penting dan lebih
penting. Ia menganggap semua ibadah itu sama.
- 3. Ikhlas muhibbin, yakni orang yang beribada hanya karena Allah, bukan karena ingin masuk surga atau takut masuk neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah, untuk melaksanakan tugas dan perintah-Nya, dan juga mengagungkan-Nya.
- 4. Ikhlas arifin, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa dirinya digerkan oleh Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan dirinya sedang digerakan oleh Allah, karena ia memiliki keyakinan dirinya tidak memilki daya dan upaya untuk melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak Allah.
Jadi, ikhlas itu setidaknya mampu
menyingkirkan sifat riya dari jiwa seseorang, karena riya adalah sifat yang
sulit dibuang dari hari seorang mukmin. Rasulullah saw. Pernah bersabda, “Yang paling aku takuti dari umatku adalah
syirik khafiy, yaitu riya.”
Kita sebagai Mukmin yang yang
diperintahkan untuk beribadah kepada Allah harus belajar bersikap ikhlas dalam
setiap perbuatan. Ikhlas sendiri merupaka pekerjaan hati, perasaan yang sejati,
perasaan yang hakiki. Bentuk ibadah orang yang ikhlas dan yang tidak ikhlas
adalah sama, tetapi berbeda niatnya.
Adapun manfaat dari sifat ikhlas
adalah sebagai berikut :
1.
Membuat hati tentram dan pikiran menjadi dingin.
2.
Amalnya diterima oleh Allah yang Mahasuci.
3.
Mendekatkan pada pertolongan Allah.
4.
Senantiasa berada dalam perlindungan Allah.
5.
Doa dikabulkan
6.
Menerima ganjaran di akhirat.
Sumber : K.H Choer
Affandi dalam La thazan.
*****
No comments:
Post a Comment