Wednesday, July 13, 2016

Merawat Ingatan di Rawa Sukamanah



Mandi di sungai, dan di rawa. Main layangan di terik matahari, sepedahan sampai kaki pada lecet. Sebagian ingatan di kala kecil itu paling membekas dalam ingatan saya. Namun dari sekian banyak kenangan di waktu bocah itu, saya kerucutkan pada kenangan bermain di rawa.

Ya, di Tanggeung, tempat tinggal saya punya sebuah rawa, dengan nama Rawa Sukamanah. Warna airnya biru kehijau-hijauan. Di sebelah utaranya di kelilingi pegunungan dan pesawahan. Di sisi selatan adalah rumah warga.

Biasanya mayoritas aktivitas masyarakat di sekitar rawa adalah memancing. Tradisi dibalut hobi ini terus turun temurun sampai sekarang. Anehnya, bukan hasil yang diincar tapi proses mendapatkan hasil berupa ikan itu sendiri. Padahal ikan hasil tangkapan para pemancing tak besar-besar amat, pun ikannya pada kecil. Tapi mereka selalu bilang “da ieumah karesep”.

Filosofi para pemancing terkadang di luar nalar. Mereka rela dari pagi sampai ketemu pagi hanya nongkrong di pinggir rawa. Memelototi “umbul-umbul” mereka apakah ada ikan yang makan ikan atau tidak.

Tapi saya tidak melakukan hal itu. Jujur saja mancing bukanlah hobi saya, karena sejak dulu saya tidak bisa memancing. Yang sering saya lakukan di Rawa Sukamanah ialah renang dan mencari Kijing atau Remis.

Kalian tentu tahu kan apa itu Kijing dan Remis. Itu adalah hewan sekeluarga dengan kerang, namun hidupnya biasanya di rawa-rawa. Renang di rawa adalah hal yang mengasyikan. Beda dengan di sungai, resiko tenggelam di rawa lebih kecil. Melalui kegiatan yang biasanya dilakukan  saat libur sekolah inilah membuat saya merindukan masa-masa kecil dulu.

Seorang pemancing sedang melakukan aktivias memancing di Rawa Sukamanah. Tempat ini memang seringkali dijadikan objek memancing bagi warga sekitar.

Merawat Ingatan

Libur hari raya Idhul Fitri, biasanya dijadikan momen untuk berlibur. Sebagai lagi, memilih untuk kumpul barang bersama teman lama di kampong. Termasuk yang dilakukan oleh saya bersama teman-teman SD dulu. Momen lebaran, biasanya mereka selalu mudik, dan di saat itulah biasanya kita sering berkumpul untuk sekedar “ngaliwet” atau kongkow.

Kali ini, kami berinisiatif untuk mencari tempat kumpul di sekitaran Tanggeung. Tempat itu jatuh pada Rawa Sukamanah. Lokasinya tidak jauh dari terminal Tanggeung, hanya saja jalannya yang kurang mulus membuat perjalanan jadi lama. Di Rawa Sukamanah merupakan tempat yang asyik untuk menyendiri. Suasananya sepi, jauh dari hingar bingar. Cocoklah buat muda-mudi yang sedang menjalin asmara. Eits hati-hati, jangan kebablasan, ingat syariat Islam!

Waktu kecil saya biasanya ke sini bersama rombongan anak-anak yang lain menggunakan motor. Atau biasanya sambil lari pagi di hari Minggu. Tempat favorit di Rawa Sukamanah ialah jembatan dari pipa besi. BIasanya saya sering mandi dan mencari Kijing di sini. Dulu sih Kijing masih banyak di jumpai, cara ngambilnya gampang-gampang susah. Kita hanya perlu meraba dengan kaki mencari Kijing, kalau sudah terasa, baru diambil oleh tangan. Kadang hasilnya bisa dapat sekarung, atau sekeresek saja. Tergantung dari seberapa kuat kita lama berendam di dalam air.

Di Rawa Sukamanah, kita juga bisa bermain rakit-rakitan ke tengah rawa. Asik bukan!

Konon, ada yang pernah dapat Kijing sebesar piring. Tapi ya, itu memang harus dilakukan agak ke tengah rawa. Resikonya adalah tenggelam karena makin ke tengah, main dalam. Kalau sudah selesai mencari Kijing atau remis, saya biasanya langsung pulang untuk diolah sambil ngeliwet bersama kawan-kawan yang lain.

Bagi saya ketika itu, kegiatan main di rawa merupakan hal yang sangat mengasyikan. Ya, mengasyikan sebab beban hidup hanya perut lapar, besok Senin harus kembali sekolah, dan uang jajan yang kecil. Mau bagaimana lagi, hidup adalah tentang berproses dari satu masa ke masa yang lain. Bahkan juga dari satu dimensi ke dimensi lain. Tinggal saat ini adalah waktunya kita bersyukur atas pengalaman yang pernah dimiliki sejak kecil. Mungkin bagi anak-anak di kota sana, momen yang saya rasakan sangat sulit untuk didapat.

Berbahagialah mereka yang masa muda menyenangkan, bersyukurlah mereka yang masa tuanya tetap bisa merawat ingatan tentang masa kecil.

No comments: